Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah secara langsung akan membengkakkan utang dalam bentuk valas. Pasalnya, utang luar negeri pemerintah mengikuti nilai kurs yang sedang berlaku.

Sementara Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara bahwa defisit transaksi berjalan di bawah 3 persen dari PDB masih berada di zona aman. Pembayaran dividen diharapkan memberikan tekanan tambahan pada defisit transaksi berjalan Q2-2018 Indonesia.

Berdasarkan data BI, kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo di 2018 mencapai USD9,1 miliar yang terbagi menjadi USD5,2 miliar pokok dan USD3,8 miliar dolar.

Bulan lalu (juni 2018) Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bank sentral Indonesia mengharapkan defisit transaksi berjalan negara (CAD) untuk tetap di bawah 2,5 persen dari PDB pada tahun 2018. Namun, ini masih berpeluang terjadi pembengkakan signifikan,  1,7 persen dari Defisit PDB yang tercatat di tahun penuh 2017. CAD Indonesia yang melebar sebagian merupakan konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi negara yang semakin cepat. Meningkatnya investasi dan ekspansi bisnis di seluruh Indonesia serta meningkatkan permintaan domestik meningkatkan impor. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia menunjukkan defisit USD 1,02 miliar pada paruh pertama tahun 2018

Pengetatan moneter Federal Reserve AS dan kekhawatiran atas perang perdagangan global seperti dutunjukan adanya  ketegangan antara AS dan China, pasar negara berkembang seperti Indonesia telah dilanda sentimen pasar terutama arus keluar dan masuk modal/investasi. Ini juga menjelaskan mengapa rupiah, saham, dan obligasi Indonesia mengalami tekanan sejak Februari 2018.
Bank Indonesia mengharapkan nilai tukar rupiah berada diantar Rp 13.700 – Rp 14.000 per dolar AS pada tahun 2018. Ini menunjukkan bahwa bank sentral mengharapkan dan melihat apresiasi rupiah pada paruh kedua tahun 2018 karena saat ini rupiah masih lemah dan berada padap kisaran Rp 14.420 per dolar AS (Bloomberg Dollar Index).

Bank Indonesia menekankan bahwa Rupiah yang stabil adalah daftar prioritas Bank Indonesia karena mata uang yang stabil memungkinkan sektor riil dapat berkembang secaras kondusif. Sektor riil merupakan pondasi utama kekuatan ekonomi, sehingga fenomena pasar global seperti sekarang juga dengan melambatnya perrumbuhan ekonomi dapat berdampak pada berubahnya rencana bisnis masyarakat/pengusaha termasuk mengurangi jumlah karyawan. Tentu dampak lanjutannya adalah dari sisi suplai, output ekonomi akan lebih rendah dari seharusnya. Begitu juga di sisi demand, inflasi yang dipacu impor akan melemahkan daya beli masyarakat.

Dengan beberapa keadaan ini, target pwerumbuhan ekonomi tembus di angka 5,4% relatif sulit untuk dicapai, namun begitu sebagian berpendapat bahwa melemahnya rupiah yang dapat dijadikan sebagai moment yang tepat untuk berinvestasi aset di Indonesia karena dapat menghasilkan keuntungan devisa yang signifikan.