Bisnis harus menetapkan seperangkat nilai yang jelas yang mempresentasikan praktik bisnis yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial. Perusahaan yang membangun fondasinya di atas prinsip-prinsip yang sehat akan memiliki peluang lebih baik untuk tetap kompetitif di pasar yang bergejolak. Ini merupakan bagian efek tidak langsung atas kepercayaan masyarakat, karena mereka mengawasi atau menilai perusahaan yang memiliki praktik etis dan juga perhatian terhadap lingkungan sosialnya..

Etika bisnis dianggap sebagai blueprint (kerangka dasar layanan) untuk membangun organisasi yang sukses. Jika sebuah organisasi dibangun di atas nilai-nilai tanggung jawab sosial, akan lebih kuat daripada organisasi yang dibangun hanya berdasarkan keuntungan (profit oriented). Lebih dari sekadar reputasi positif, etika inti bisnis akan mendikte / mendorong bagaimana setiap keputusan, proses, dan prosedur akan dilakukan. Tata kelola yang baik tersebut berlaku, bahkan jika bisnis menghadapi masa-masa sulit atau menghadapi situasi sulit.

Bisnis lebih dari sekadar orang yang bekerja sama untuk menawarkan produk atau layanan. Bisnis sering dipandang sebagai entitas yang harus melindungi pemangku kepentingan dari perilaku dan aktivitas yang tidak etis. Serangkaian aturan yang mengatur harus ada untuk menetapkan standar tinggi bagi kepatuhan etis di setiap organisasi.

Etika Penting dalam Bisnis. Gagasan tentang etika bisnis mungkin tampak subjektif, tetapi hal itu bermuara pada tingkat perilaku yang dapat diterima untuk setiap individu yang membentuk organisasi. Perilaku ini harus dimulai dari atas dengan tindakan bertanggung jawab yang ditunjukkan oleh kepemimpinan. Dengan melakukan itu, para pemimpin membuat seperangkat aturan yang harus diikuti oleh orang lain di perusahaan. Aturan-aturan ini dapat didasarkan pada nilai-nilai mendalam yang dimiliki perusahaan mengenai kualitas produk dan layanan, komitmen kepada pelanggan, atau bagaimana organisasi memberikan sesuatu kembali kepada masyarakat. Semakin perusahaan hidup dengan seperangkat etikanya, semakin besar kemungkinannya untuk berhasil.

Apakah suatu organisasi menciptakan praktik etis atau tidak dapat dievaluasi dari dampak dari setiap praktik di dalam bisnis. Beberapa contoh yaitu :

Tingkat kompensasi Eksekutif dan PHK karyawan

Katakanlah sebuah perusahaan sedang berjuang selama krisis ekonomi dan harus memberhentikan sebagian tenaga kerjanya. Apakah CEO perusahaan mengambil kompensasi kenaikan tahunannya atau mengambil pemotongan gaji ketika orang lain kehilangan pekerjaan mereka? Dapat dikatakan bahwa kenaikan gaji tidak etis karena CEO idealnya juga harus mengorbankan sebagian gajinya untuk kebaikan perusahaan.

Kompensasi yang adil bagi karyawan.

Membayar upah minimum karyawan, atau tepat di atas upah minimum, tidak selalu merupakan kompensasi yang adil. Di sebagian wilayah misalnya bahwa biaya hidup belum disesuaikan selama bertahun-tahun, artinya bahwa orang-orang di wilayah tersebut dapat bertahan hidup dengan lebih sedikit uang. Etika dapat membuat perbedaan di sini dengan menyesuaikan kompensisasi terhadap penyesuaian biaya hidup yang berlaku di suatu daerah.

Praktik bisnis yang etis, yang dipandu oleh seperangkat standar perusahaan, dapat memberikan banyak hasil positif, termasuk peningkatan rekrutmen dan retensi, hubungan yang lebih baik dengan pelanggan, dan Public Relation yang positif. Sebaliknya, perilaku bisnis yang tidak etis dapat berdampak negatif pada bisnis apa pun. Bahkan jika keputusan yang tidak etis dibuat oleh satu anggota tim eksekutif dapat berdampak luas. Beberapa kemungkinan hasil dari tindakan bisnis yang tidak etis dapat mencakup:

  • Reputasi perusahaan yang buruk. Dalam dunia yang semakin menuntut transparan, keputusan tidak etis yang dibuat oleh pebisnis menjadi “noda permanen” pada perusahaan. Jejaring sosial telah menjadi media penyalur untuk segala sesuatu yang dianggap tidak etis atau tidak benar secara politis, termasuk karyawan yang tidak puas hingga pelanggan yang tidak puas dapat menilai perusahaan melalui situs web atau media sosial lainnya atas ulasan perusahaan terkait.
  • Hubungan karyawan yang negatif. Jika karyawan terus melihat perbedaan antara apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana kepemimpinan berperilaku memiliki gap yang kontras, ini dapat menciptakan masalah serius dalam manajemen karyawan. Beberapa karyawan mungkin menjadi tidak terlibat, sementara yang lain akan berhenti bekerja keras (malas). Hubungan dan atau komunikasi antar karyawan yang negatif akan berdampak bagi perusahaan secara keseluruhan menjadi kurang produktif, kurang responsif terhadap pelanggan, dan kurang menguntungkan tentunya.
  • Masalah rekrutmen dan retensi. Jika sebuah perusahaan mengembangkan atau membiarkan reputasi negatif, maka akan sulit untuk merekrut talenta baru, apalagi mempertahankan talenta yang sudah ada. Karyawan akan pergi. Hilangnya sebagian pekerja tersebut dapat berdampak pada pelanggan yang kemudian harus berurusan dengan karyawan yang kurang berpengalaman dan kurang menarik dan frustrasi karena tidak mampu menyelesaikan masalah di lapangan dengan baik.
  • Kredibilitas perusahaan hilang. Pelanggan cukup cerdas untuk melihat apa yang terjadi dari sudut pandang etika. Jika mereka mendengar masalah, mereka mulai mempertanyakan tindakan setiap orang di perusahaan. Perusahaan akan kehilangan kredibilitas, bahkan perusahaan dapat kehilangan bisnis jika perilaku tidak etis terus berlanjut.

Pada akhirnya etika yang buruk dapat dengan cepat menurunkan,, menghancurkan setiap aspek bisnis dan membuatnya sangat sulit untuk bersaing karena hilangnya kepercayaan. Sangat penting bagi setiap bisnis untuk memperhatikan standar etika dan terus mengingatkan karyawan di semua tingkatan bahwa perilaku mereka akan berdampak pada seluruh aspek dalam organisasi.