Dalam konteks air, India berada dalam posisi yang lebih baik daripada Cina. !4,8% wilayah CIna yang dapat ditanami sedangkan di India 14,8%. Pencemaran air merupakan masalah besar di India. Polutan-polutan dari industri semakin menyusahkan, seiring dengan industrialisasi negara ini juga tentang pencemaran yang terjadi di rumah tangga. Kurang lebih 10%
deri seluruh air kotor di India yang diolah. Sisanya, baik dari sumber perkotaan maupun industri sebagian besar di buang ke jalan air di India.

New Delhi merupakan sebuah contoh, dimana hampir seperempat rumah tangga mengandalkan sumur untuk air mereka, sebagian atau seluruhnya (international Herald Tribune,”water crisis grows as India gets,’29 Sep 2006). Seperempat tidak punya akses ke air ledeng dan diantara yang punya, lebih dari seperempat menerima air kurang dari tiga jam setiap hari. Hampir dua juta rumah tangga tidak mempunyai toilet.

Sebagian besar pasokan air New Delhi berasal dari sungai Yamuna yang mengalir di sebelah kota. Hampir 900 juta liter per hari disedot oleh jawatan air setempat. Untuk dipompa ke sistem air kota. Sebgai ironinya, penduduk kota menuang air 3.500 juta liter air kotor ke sunga Yamuna. Audir pemerintah tahun 2005 menemukan bahwa kandungan bakteri coli dari tinja di Yamuna 100.000 kali tingkat yang dianggap aman untuk mandi.

Di Indonesia, mutu persediaan air bersih juga terus mengalami penurunan. Seperti di India, banyak rumah tangga yang mengandalkan sumur dan pompa pribadi untuk kebutuhan air mereka. Tetapi karena penanganan air kotor dan sanitasi yang kurang baik, sebagian besar air tanah sudah mengalami pencemaran. Hal tersebut telah terjadi dibeberapa kota di Indonsesia, misalnya di Jakarta.
Sedangkan di SIngapura, merupakan salah satu dari sedikit negara di Asia yang memiliki pasokan air kelas dunia. Hal tersbut dimungkinkan karena wilayah SIngapura yang begitu kecil. Masalah distribusi/logistiknya tidak begitu mengerikan seperti Jakarta, Bangkok atau Delhi.

Walaupun begitu air di SIngapura harganya wajar, bersih dan dapat diminum langsung dari keran.sedangkan kerugian akibat kebocoran relative kecil (5%). Air di SIngapura berasal dari beberpa sumber yaitu daerah penampung air tanah setempat, dialirkan melalui pipa dari Malaysia dan dari air yang sudah diolah dan digunakan kembali yang kemudian disebut sebagai “air baru”. Pabrik desalinasi pertama di negara ini mulai beroperasi pada 2005, sebuah pabrik denganmetode osmosis terbalik (reverse osmosis) bernilai US$127 juta yang menyediakan sekitar 10% kebutuhan air bersih SIngapura (International Herald Tribune,”Singapore taps ocean for water and income,”12 Sept 2006). Dampaknya adalah Perusahaan-perusahaan perekayasaan air di di Singapura berencana menerima pekerjaan di seluruh Asia untuk proyek rekayasa air bersih. Sebuah asosiasi industri, Singapore Water Association sudah dibentuk pada 2005 untuk mendukung proses dan proyek ini.

Air menjadi salah satu tantangan besar permasalahan di Asia. Tantangannya adalah bagaimana mengkorporatisasi jasa pasokan dan pengolahan air, serta memperkenalkan kekuatan-keuatan pasar ke dalam sektor yang oleh konsumen dipandang sebagai arena permainan pasar. “Mengapa saya harus membayar untuk sesuatu yang jatih dari langit”, mungkin begitu pandangan umumnya. Tetapi, mendorong konsumen untuk lebih cermat menggunakan air adalah sesuatu yang harus dilakukan jika Asia ingin menghindari kekurangan air dalam dasa warsa-dasa warsa mendatang.