Diam adalah mempasifkan segala bentuk keaktifan, membiarkan apapun yang ada disekitar kita, menghentikan sejenak sebagian fungsi tertentu dari tubuh kita. Bukan tak bisa bicara, bukan tak bisa mendengar, bukan tak bisa  berjalan apalagi tidak bisa merasakan. Seperti anda bekerja, seperti anda belajar, seperti anda bepergian atau aktivitas yang lain yang sarat dengan tujuan, diam tentu mempunyai tujuan yang dalam yang tak bisa di ukur dengan cara apapun oleh orang lain, bukan menciptakan misteri yang menghasilkan kengerian, bukan menyimpan dendam yang dalam, terhadap satu penindasan dan membalasnya dengan dentuman kekerasan, tetapi diam mempunyai tujuan yang hening menyatukan pikiran-hati-harapan dengan lingkungan.
Diam adalah pemecahan terkonsentrasi jika itu jiwa yang tersadar dan merestart, seperti kutipan sang Mahatma Gandhi :
“Dalam sikap keheningan jiwa menemukan jalan dalam cahaya yang lebih jelas, dan apa yang sulit dipahami dan menipu menyelesaikan dirinya menjadi kejelasan kristal kehidupan kami adalah pencarian panjang dan melelahkan setelah Kebenaran” 
atau pythagoras yang berkata :
“Lebih baik layu untuk diam, atau mengatakan hal-hal yang lebih berharga dari keheningan Cepat melempar mutiara di bahaya daripada kata sia-sia atau tak berguna, dan tidak mengatakan sedikit di banyak kata, tapi banyak dalam beberapa”
Jika diantara kita meluapkan suatu keberhasilan atau kegembiraan dengan cara bersorak kegirangan atau berteriak keras seperti jagoan sepakbola kita menjebol gawang sang lawan atau sebaliknya jika kita merasa sedih kita lebih merayakannya dengan menangis terbata-bata tanpa tahu kapan air mata itu bisa berhenti jatuh dari mata kita. Semua sangat manusiawi tentunya dan itu adalah hak kita sehingga orang lain tak punya banyak wenang mengehentikan perasaan yang kita rayakan.
Lalu perayaan apa yang bisa dilakukan dalam keadaan darurat kebingungan dalam pengmbilan keputusan? juga ketika kita menghadapi perselisihan baik berbicara atau ketika kita menghadapi masalah yang memojokkan kita untuk membela diri? Meluapkan emosi yang berjibun dengan kekacauan lingkungan atau meluapkan amarah kita dengan berbicara keras sarat caci maki. Saya cenderung yakin, mulut kita tak akan pernah mampu diam untuk mencaci orang bahkan diri sendiri, kalaupun bisa diam tentu emosi pikiran kita yang menghajar perasaan kita. Yahh…semua milik andakontrol manajemen juga pada anda.
Ketika gerilyawan pahlawan kita terdesak menghalau penjajah dari tanah air kita ini, bagaimana jika terus  melawan dalam keadaan terkepung ratusan tentara loreng? Siapapun pahlawannya P.Diponegoro, Jend Soedirman ataupun Sultan Agung tentu akan memilih mundur teratur mencari tempat yang aman dan hening untuk mengatur strategi kemenangan. Hasilnya kita bisa lihat sendiri bukan?
Anak sekolah yang duduk di sekolah dasar, ketika guru menunjuk dirinya untuk membaca sesegera mungkin dia  menyiapkan bukunya untuk diejanya. Pada kata atau kalimat tertentu dia akan diam, mengapa? Karena siswa tersebut baru mengeja dalam hati, menimbang salah benar ejaan. Jikalau memang guru menegur kenapa diam, kepolosan anak akan menjawab tidak bisa, yang terjadi kemudian adalah guru membenarkan cara ejaan dan murid mengerti sekarang.
“Diam adalah teks mudah untuk salah membaca.”
Kalimat itu tentu persis ketika bocah sekolah dasar yang belum fasih membaca. Jika di pahami benar dan mendalam bukan hanya dalam membaca tulisan tetapi bagaimana membaca lingkungan, peluang, kontrol emosi atau pemecahan masalah yang kita hadapi bahkan pertengkaran dengan pasangan kita atau teman sejawat. Bahkan makna diam yang dalam juga untuk hubungan umat dengan Tuhannya, baik bersyukur maupun bertobat. Gagasan diam memang bukan harga mati untuk pemecahan masalah tetapi dengan diam hening yang sebenarnya kita akan bisa melakukan tindakan secara terkontrol. 
“Tidak perlu pergi ke India atau tempat lain untuk menemukan kedamaian Anda akan menemukan bahwa tempat yang dalam keheningan tepat di kamar Anda, taman atau bahkan bak mandi Anda”
“Di bawah semua pidato yang baik untuk apa pun ada sebuah keheningan yang lebih baik Diam adalah sedalam Eternity;. Bicara dangkal Waktu.”
“Tidak ada yang begitu baik untuk orang bodoh seperti keheningan, dan jika ia masuk akal ini dia tidak akan bodoh.”
“Bukan hanya tidak adanya kebisingan, Silence Real dimulai ketika menarik yang wajar dari kebisingan untuk menemukan kedamaian dan ketertiban di tempat kudus batinnya.”
Begitulah, diam adalah hening yang mengontrol segalanya yang akan menyempurnakan langkah kita. Sangat bukan tanpa tindakan atau penyelesaian, diam adalah konsentrasi diri untuk menyempurnakan pribadi. Pilihlah cara diam yang terbaik untukmu, pilihlah cara hening yang mendamaikan hatimu, bukan emas yang kau hasilkan dari diam yang tak bermakna tapi justru api yang akan melalap dan membakarmu abis-abis karena kelamaan berdiam, salah berdiam atau konsep diam yang keliru

“Terletak paling kejam sering diceritakan dalam diam.”

Ceritakankanlah pada segenap dirimu sendiri kisah yang membuatmu dalam kedamaian bahkan dalam kekejaman atau penindasan. Bangunlah dan engkau adalah manusia terhebat setelah diam.

Sumber : Diam