Faktor terjadinya konflik antar kelompok dapat ditelusuri melalui proses konflik. Proses konflik terdiri atas lima tahap yaitu tahap yaitu opposisi atau ketidakcocokan, kognisi dan personifikasi, maksud, perilaku dan tahap Hasil.

Tahap Opposisi atau ketidakcocokan,menggambarkan adanya kondisi yang menciptakan kesempatan munculnya konflik. Kondisi ini dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu komunikasi, struktur dan variabel pribadi. Komunikasi merupakan peran serta dan proses pemahaman makna. Pada dasarnya komunikasi menjalankan empat fungsi utama dalam suatu kelompok atau organisasi yaitu kendali/control/pengawasan, motivasi, pengungkapan emosional dan informasi. Komunikasi dapat menjadi satu sumber konflik. Kesulitan semantic, kesalah pahaman / pertukaran informasi dan kebisingan/noise dalam saluran komunikasi akan memicuk terjadinya konflik.
Komunikasi yang buruk merupakan alasan utama pemicu konflik. Bila komunikasi satu sama lain dapat berjalan dengan baik maka dapat menghapuskan perbedaan pendapat. Atau dengan kata lain, secara rasional seseorang diberikan  waktu dan kesempatan dalam komunikasi atau pendapat.
Potensial konflik akan terjadi atau meningkat jika terlalu sedikit atau terlalu banyak komunikasi, bahwa peningkatan komunikasi fungsional meningkat sampai pada tingkat tertentu, setelah itu mungkin terjadi komiunikasi yang berlebihan dengan diikuti resultan dari potensial konflik, Jadi intesitas komunikasi adalah penting, terlau sedikit komunikasi dan atau terlalu banyak komunikasi akan menjadi pemicu konflik.
 
Pada kategori struktur, menekankan kepada beberapa variabel pemicu konflik yaitu ukuran derajat/ tingkat spesialisasi tugas, kejelasan deskripsi tugas, kecocokan anggota, tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan derajat ketergantungan antar kelompok.
Pada variabel pribadi, mencakup sistem nilai dan karakteristik individu. Keduanya adalah kekhasan yang membedakan antar individu dalam kelompok yang dapat memicu perbedaan dan selanjutnya menjadi dasar terjadinya konflik
 
Tahap kognisi dan personifikasi. Dalam konflik, persepsi merupakan bagian faktor atau instrumen penting konflik. Sehingga satu pihak dengan pihak lainnya harus menyadari bahwa ada eksistensi kondisi yang saling mempengaruhi perbedaan. Maka dalam tahap ini konflik dapat dipersiapkan dan dirasakan.
Konflik yang disiapkan adalah tingkat kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Sedangkan konflik yang dirasakan adalah pelibatan emosional dalam suatu konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan permusuhan. Pada tahap ini, penting karena isuisu konflik cenderung didefinisikan, dimana dasar terjadinya konflik atau pendefinisian konflik dapat ditelaah dari sini. Pada tahap ini, emosi menjadi peran utama pembentukan persepsi pemicu konflik, apakah itu emosi positif maupun emosi negative.
Tahap Maksud, merupakan intensif keputusan-keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu dalam suatu tahapan atau epside konflik. Maksud memberikan garis panduan umum bagi pihak pihak dalam situasi konflik. Maksud, mendefinisikan penanganan konflik primer dengan menggunakan pendekatan kekooperatifan dan ketegasan dengan mengidentifikasikan ke dalam lima maksud penanganan konflik yaitu bersaing, berkolaborasi, menghindari, mengamodasi dan berkompromi. 
 
Bersaing adalah suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan seseorang, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain pada konflik tersebut. Berkolaborasi adalah suatu kondisi dimana pihak-pihak konflik, masing-masing sangat berkepentingan untuk memuaskan sepenuhnya kepentingan semua pihak berkonflik. Menghindari adalah hasrat untuk menarik diri dan atau menekan suatu konflik. Mengakomodasi adalah kesediaan dari satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya di atas kepentingannya. Kompromi adalah suatu situasi dimana setiap pihak berkonflik bersedia melepaskan sesuatu.
 
Tahap Perilaku, tahap ini merupakan tahap dimana konflik tampak lebih nyata. Tahap perilaku mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat oleh pihak pihak berkonflik. Tahapan ini juga ditunjukkan dengan adanya proses dinamis dan interaksi yang cukup kuat serta menggambarkan visualisasi perilaku konflik. Untuk itu perlu diperhatikan pada tahap ini adalah memanajemen konflik yaitu penggunaan teknik pemecahan dan perangsangan untuk mencapai tingkat konflik yang diinginkan. Dalam manajemen konflik maka setidaknya dapat dilakukan beberapa hal berikut:
  1. Pemecahan masalah, merupakan tatap muka dari pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud mengidentifikasi masalah dan memecahkannya melalui pembahasan secara terbuka
  2. Tujuan atasan, yaitu menciptakan suatu tujuan bersama yang tidak dapat dicapai tanpa kerjasama dari masing-masing pihak yang berkonflik
  3. Pemuaian sumber daya, yaitu bila konflik disebabkan oleh kelangkaan sumber daya (uang, kesempatan promosi, ruang kantor), maka perluasan sumber daya dapat menciptakan pemecahan masing masing berkonflik.
  4. Penghindaran perataan, yaitu menarik diri dari atau menekan konflik. Mengecilkan arti perbedaan sementara dengan menekankan kepentingan bersama di antara pihak-pihak yang berkonflik
  5. Kompromi, yaitu tiap pihak berkonflik melepaskan sesuatu yang berharga
  6. Komando otoritatif, yaitu manajemen menggunakan otoritas formal untuk memecahkan konflik dan kemudian mengkomunikasikan keinginannya kepada pihak-pihak yang terlibat
  7. Mengubah variabel, yaitu menggunakan teknik pengubahan perilaku manusia, misalnya pelatihan hubungan manusia untuk mengubah sikap dan perilaku yang menyebabkan konflik. Pada teknik ini dapat dilakukan mengubah struktur organisasi formal dan  pola struktur interaksi dari pihak- pihak yang berkonflik lewat desain ulang pekerjaan, pemindahan, penciptaan posisi koordinasi dan tugas yang serupa.
  8. Komunikasi, yaitu menggunakan pesan-pesan yang dwi-arti atau mengancam untuk meningkatkan tingkat konflik.
  9. Memamasukkan orang, yaitu menambahkan karyawan pada suatu kelompok yang berlatar belakang nilai, sikap atau gaya menajerialnya berbeda dari anggota-anggotanya
  10. Menstruktur ulang organisasi, yaitu mengatur ulang kelompok-kelopmpok kerja, mengubah aturan dan pengaturan untuk meningkatkan saling ketergantungan serta membuat perubahan serupa untuk mengacaukan status.
  11. Mengangkat pembela, yaitu menunjuk seseorang pengritik untuk dengan sengaja berargumen menentang pendirian mayoritas yang dipegang oleh kelompok.

Tahap hasil, dalam tahap ini bahwa jalinan aksi reaksi antara pihak-pihak berkonflik menghasilkan konsekuensi hasil fungsional atau hasil disfungsional. Hasil fungsional adalah konflik bertindak sebagai suatu kekuatan untuk meningkatkan kinerja kelompok. Konflik dapat dikatakan konstruktif apabila konflik dapat memperbaiki kualitas keputusan, merangsang kreatifitas, inovasi dan mendorong perhatian dan keinginan  di kalangan anggota kelompok. Hasil disfungsional adalah konflik bertindak sebagai suatu kekuatan yang merintangi kinerja kelompok, Konflik dapat dikatakan destruktif apabila konflik dapat menghentikan berfungsinya kelompok dan secara potensial mengancam kelangsungan hidup kelompok.

 
Sumber : Berbagai sumber