Transformasi digital di industri ritel memiliki sasaran untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan mendorong pertumbuhan bisnis dengan menggunakan atau berbasis teknologi. Perkembangan teknologi dan perilaku konsumen telah mendorong retail, bahwa  transformasi digital  merupakan kebutuhan atau menjadi tuntutan saat ini. Menurut penelitian terbaru dari Gartner, pada tahun 2024, lebih dari 50% belanja konsumen akan dilakukan secara online, dan hampir 60% akan dilakukan melalui perangkat seluler. Hanya pengecer yang merangkul revolusi digital yang akan tumbuh dan berkembang.

Transformasi digital retail mengadobsi teknologi ke dalam industri ritel untuk meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan mendorong pertumbuhan bisnis retail. Transformasi digital ritel mencakup aktivitas seperti pemesanan tanpa kontak, penjemputan pesanan atau pengantaran pesanan pelanggan, sistem pembayaran mandiri, optimalisasi biaya, dan rekomendasi produk yang didukung AI.

Nilai Industri ritel  dalam pasar global senilai $7 triliun dengan 1,8 miliar orang yang bekerja. Selain itu, terdapat 3,2 miliar konsumen di seluruh dunia yang berbelanja online. Masa retail dalam  menciptakan nilai dan memperoleh loyalitas melalui faktor-faktor seperti harga yang kompetitif, kedekatan toko dengan customer, kenyamanan, dan variasi dinilai tidak menjadi variabel utama di era sekarang. Era saat ini berbeda dengan era komunikasi dan promosi yang serba bisa. Personalisasi dalam taktik komunikasi dan pemasaran diperlukan untuk mempertahankan pelanggan dan mendatangkan pelanggan baru.

Pengecer kini dapat menggunakan data dan wawasan untuk meningkatkan frekuensi pembelian pelanggan mereka yang sudah ada dan menargetkan pelanggan pengecer tradisional yang bernilai tinggi.  Permintaan akan transformasi digital di industri ritel semakin meningkat karena berpotensi mendorong pendapatan dan pertumbuhan pengecer secara langsung.

Diperlukan langkah strategi dalam menerapkan digitalisasi mareketing, karebna terdapat tantangan-tantangan yang perlu dihadapi. Berikut beberapa tantangan paling mendasar dalam transformasi digital di industri ritel.

1. Mengatasi dan Mengantisipasi Perubahan. Pengecer yang mengelola bisnisnya secara tradisional mungkin mengalami kesulitan untuk beralih ke sistem baru. Hal ini mungkin menimbulkan resistensi terhadap perubahan terhadap metode digital.

2. Keterbatasan Anggaran. Mentransformasi perusahaan ritel secara digital membutuhkan inveatsi yang cukup besar. Hal ini melibatkan teknologi dan sumber daya manusia yang bekerja sama untuk menerapkan sistem manajemen yang efisien. Tantangan besar yang dihadapi pengecer skala menengah dan kecil adalah kurangnya dana untuk melakukan transformasi digital.

3. Kompeksitas. Menerapkan teknologi seperti blockchain, internet of things, dan augmented reality adalah hal yang rumit. Detail, analisis, langkah, dan prosedur yang rumit membutuhkan pemahaman yang mendalam, sehingga orang-orang dengan sedikit atau tanpa keahlian akan kesulitan menavigasi sistem ritel digital.

Transformasi digital dalam retail memiliki peran penting. Beberapa manfaat paling utama dari transformasi digital di industri retail adalah :

1. Peningkatan retensi pelanggan
Pengecer dapat melakukan segmentasi pelanggan, menganalisis perilaku pembelian mereka, menetapkan strategi pelanggan dengan tepat, dan kemudian memicu komunikasi dan promosi yang dipersonalisasi. Ilustrasi contoh, seorang penggila kebugaran yang rutin membeli suplemen kesehatan dari pengecer. Dengan menggunakan data dan wawasan, kampanye promosi suplemen kesehatan yang dipersonalisasi dapat dibuat bagi mereka untuk meningkatkan frekuensi pembelian dan retensi.

Retail dengan kesiapan yang cukup dapat menggunakan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin, dan analisis prediktif untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan berdasarkan pembelian di toko sebelumnya. Hal ini meningkatkan pengalaman pelanggan dan memungkinkan personalisasi massal untuk bisnis, sehingga menghasilkan retensi pelanggan yang lebih besar .

2. Memberikan wawasan pasar yang bermanfaat
Analisis data konsumen dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan wawasan pasar yang bermanfaat. Wawasan pasar ini membantu menguraikan tindakan dan strategi spesifik yang dapat diambil pengecer untuk meningkatkan pertumbuhan dan profitabilitas mereka. Wawasan ini juga membantu pengecer mengenal pelanggan mereka lebih baik dan membangun rasa keterikatan relationship secara emosional yang tinggi dengan mereka, yang merupakan faktor pendorong pertumbuhan yretail di masa depan.

3. Menerapkan kampanye pemasaran yang efisien
Melalui transformasi digital, pengecer dapat mengumpulkan data pelanggan untuk membuat kampanye pemasaran yang dipersonalisasi dan ditargetkan menggunakan teknologi seperti Customer Relationship Management (CRM), analisis data, dan otomatisasi pemasaran. Hal ini memungkinkan pengecer untuk mengidentifikasi pola maupun tren kecenderungan customer sambil memberikan wawasan tentang target audiens mereka. Akses terhadap informasi tersebut mengurangi biaya kegiatan pemasaran dan membantu menyesuaikan program pemasaran dengan perubahan perilaku konsumen.

4. Pengelolaan inventaris lebih mudah
Penggunaan teknologi dan data dalam industri ritel menghasilkan manajemen inventaris yang efisien. Hal ini memungkinkan pengecer untuk menggunakan teknologi digital untuk menyederhanakan dan mengotomatiskan proses inventaris mereka. Transformasi digital di bidang ritel membantu meningkatkan efisiensi operasional, pemenuhan pesanan yang cepat, manajemen gudang atau persediaan, mengetahui waktu tunggu, dan stok pengaman untuk menghindari kehabisan stok.

5. Peningkatan layanan pelanggan
Dengan menggunakan teknologi digital, pengecer dapat menciptakan pengalaman pelanggan omnichannel , memungkinkan pelanggan menerima bantuan dan dukungan di berbagai saluran, termasuk situs web, aplikasi seluler, email, dan live chat. Transformasi digital memberikan opsi layanan mandiri bagi pelanggan untuk menyampaikan pertanyaan dan keluhan mereka melalui chatbot, sehingga memungkinkan layanan pelanggan yang dipersonalisasi dan real-time sepanjang waktu. Teknologi tersebut memungkinkan pelanggan untuk menjalani perjalanan pelanggan dengan interaksi yang paling dapat diabaikan sehingga memungkinkan efisiensi biaya bagi pengecer.

 

Saat ini tren Transformasi Digital di Ritel telah memberikan panduan kepada kita untuk bertarnsformasi ke digital. Berikut adalah beberapa tren transformasi digital utama di bidang ritel pada tahun 2024.

1. Data besar
Pengecer saat ini memanfaatkan data besar untuk memahami pelanggan mereka dengan lebih baik. Pelanggan modern mengharapkan pengalaman berbelanja yang dipersonalisasi dan efisien. Pengecer memenuhi permintaan pengalaman pelanggan menggunakan analisis prediktif dan preskriptif, yang memungkinkan mereka mengelola inventaris, merchandising, dan merancang strategi pengadaan.

Keputusan yang diambil berdasarkan data besar secara langsung membantu pengecer mendapatkan laba atas investasi yang lebih baik.

2. Multisaluran
Pelanggan yang terlibat dalam titik kontak ritel dan online cenderung menjadi lebih berharga bagi pengecer. Strategi ritel multisaluran melibatkan menghubungkan dan menyinkronkan transaksi bisnis dengan pelanggan melalui berbagai saluran seperti media sosial, email, dan situs web. Multisaluran membantu menciptakan pengalaman berbelanja yang lancar bagi pelanggan.

Home Depot, sebuah perusahaan ritel perbaikan rumah multinasional Amerika, telah menciptakan pengalaman belanja omnichannel yang dipersonalisasi melalui penawaran seperti klik dan kumpulkan, dan pemasaran yang dipersonalisasi.

3. Internet Segala (IOT)
Internet of Things di industri ritel telah mengubah cara produk dilacak dalam rantai pasokan. Teknologi GPS dan RFID telah menjadi terobosan baru bagi pengecer.

Internet of Things juga berperan dalam mengendalikan pengutilan menggunakan geofencing. Menurut asosiasi pencegahan pengutilan (NASP) , lebih dari $25 juta barang dagangan dicuri dari toko ritel setiap hari. Tag RFID memungkinkan operator toko membuat penghalang virtual di sekitar lokasi ritel yang membantu mengendalikan pencurian.

4.Blockchain
Pengecer mengadopsi teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, dan transparansi. Blockchain di ritel tidak terbatas pada metode pembayaran digital. Ini membantu melacak produk dalam rantai pasokan dan memungkinkan pengecer menyimpan informasi dalam buku besar yang terdesentralisasi.

Nestle mengadopsi teknologi blockchain pada tahun 2017. Raksasa Swiss ini telah menggunakan blockchain untuk membuat pelacakan produk menjadi lancar, mudah, dan terstandarisasi. Selama bertahun-tahun, mereka telah memperluas penggunaan blockchain ke merek kopi Swedia, Zoegas.

5. Realitas tertambah (AR)
Augmented reality menciptakan pengalaman digital yang unik. Merek dapat memanfaatkan pengalaman ini untuk memperkaya interaksi antara pelanggan dan perusahaan. Teknologi “coba dan beli” adalah bagian dari pengalaman augmented reality. Merek kini membuat simulasi virtual untuk membantu pengguna berinteraksi lebih baik dengan produk dari kenyamanan rumah mereka. Penciptaan toko virtual menggunakan augmented reality menggabungkan pengalaman ritel tradisional dengan e-commerce dengan cara terbaik.

 

Dari uraian-uraian di atas maka kita dapat memberikan simpulan bahwa 1) konsumen tertarik pada belanja online dan pilihan layanan dalam pembelian online, transformasi digital menjadi semakin penting bagi bisnis retail mana pun yang ingin tetap mengikuti perkembangan terkini. 2). Pengecer yang tetap menggunakan metode tradisional kemungkinan besar akan tersingkir dari pasar oleh organisasi berbasis teknologi dan data. 3). Untuk Merancang dan mempersiapkan organisasi mereka agar sukses dan bertumbuh, pengecer harus terus mengikuti perkembangan tren dan teknologi terkini yang digunakan dalam bisnis ritel. 4). Untuk membantu upaya transformasi digital  dan mencapai potensi bisnis dengan teknologi baru, terapkan platform adopsi digital dalam perangkat lunak perusahaan, meningkatkan ROI atas investasi teknologi yang kita terapkan.